Water Productivity of Newly Developed Lowland Rice Field

Abstract
Description
Abstract. Newly developed wetland rice fields require more water because plough pan layer are not developed. Plough pan is established several years after the field development and its formation depends on the intensity of rice cultivation and the soil properties. Plot scale study was conducted on newly developed wetland rice field originated from upland in Pati village, North Kalimantan Province, Indonesia in 2013. The aim of this experiment was to study the water productivity of the newly developed wet land rice fields. Different water ponding treatments including water ponding layer of 5 cm as control (T0), ponding layer of 3 cm (T1) intermittent with two weeks wetting and one week drying (T2), and saturated condition with water layer of 0.5 cm (T3) were tested. Rice growth, rice grains yield and water productivity were evaluated. Water productivity was computed according to the ratio between rice grains yield and water input. Water input was predicted based on the difference between incoming and outgoing water. In this study water balance was not taken into account in calculating the water input. The results indicated that under saturated condition (T3), plant height and tiller number were significantly lower than the 5 cm ponding and also significantly lower than other treatments. Water productivity between 0.78 and 0.40 gram liter-1 were recorded under ponding water depth of 0.5 cm and intermittent ponding of 5 cm in the wet period. Abstrak. Sawah bukaan baru membutuhkan banyak air karena lapisan tapak bajak belum terbentuk. Lapisan tapak bajak akan berkembang setelah beberapa tahun tergantung pada intensitas penanaman padi. Percobaan pada skala plot dilaksanakan pada sawah bukaan baru yang berasal dari lahan kering di Dusun Pati, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara pada tahun 2013. Penelitian bertujuan untuk mempelajari produktivitas air pada sawah bukaan baru. Beberapa perlakuan tinggi genangan air diuji dalam penelitian ini meliputi tinggi genangan air 5 cm sebagai kontrol (T0), tinggi genangan air 3 cm (T1), Intermitten dengan dua minggu periode basah dan satu minggu periode kering (T2), dan macak-macak atau jenuh air dengan tinggi genangan air 0,5 cm (T3). Data yang diambil meliputi pertumbuhan tanaman padi, hasil gabah dan produktivitas air. Produktivitas air dihitung dengan perbandingan antara hasil gabah dengan air yang dibutuhkan, sedangkan air yang dibutuhkan dihitung berdasarkan selisih antara air yang masuk ke sawah dengan air yang keluar dari sawah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan macak-macak atau jenuh air dengan tinggi genangan 0,5 cm menghasilkan tinggi tanaman dan jumlah anakan padi yang secara nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol dengan tinggi genangan air 5 cm dan perlakuan lainnya, tetapi menghasilkan produktivitas air yang tertinggi yaitu 0,78 gram liter-1. Produktivitas air yang memberi harapan yang menjanjikan pada sawah bukaan baru adalah antara 0,78 – 0,40 gram liter-1 dengan perlakuan macak-macak dengan tinggi genangan air 0,5 cm dan intermitten dengan tinggi genangan air 5 cm pada periode basah.
Keywords
Agriculture; Hydrology;, Water productivity; Newly developed lowland rice; Water ponding layer;,
Citation