KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH PADA LAHAN TADAH HUJAN TERHADAP BEBERAPA TINGKAT KETINGGIAN BEDENGAN

No Thumbnail Available
Date
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Abstract
Description
Study of The Effect of Height Levels on The Diversity of Shallot Growth and Yield On Rainfed Land. The low productivity of shallots in West Kalimantan is partly due to the unavailability of local specific technology packages of shallot in rainfed land. The purpose of this study was to determine the effect of bed height on shallots yield in order to obtain maximum results. The study was conducted in Seluan Village, North Putusibau Sub-district, Kapuas Hulu District, West Kalimantan in July - December 2018. The assessment used a Completely Randomized Design with four bed height treatments namely 20 cm, 30 cm, 40 cm and 50 cm with three replications. The results of the study showed that the application of  bed height was not significantly different in the plant height parameter, but the parameter of the number of leaf bed height significantly affected when the plant was 56 days after planting (dap). Treatment with bed height of 30 and 40 cm performed a higher number of tillers compared to treatment with bed height of 20 cm (significantly different), but the number of tillers was not significantly different from treatment with bed height of 50 cm. The highest shallots tuber weight was found in the treatment of 40 cm high beds which constituted 119.08 gr. Shallot plants that were planted in bed height of 20-30 cm had a higher shrinkage rate of around 24% compared to onion plants planted with a height of 40 - 50 cm. Treatment with 40 cm high beds provided the highest yield compared to other treatments which was 16.37 tons/ha of dry harvest and 12.87 tons/ha dried in the sun. Keywords: shallot, bed height, rainfed land, growth, yield  ABSTRAK Rendahnya produktivitas bawang merah di Kalimantan Barat antara lain disebabkan masih belum tersedianya paket teknologi spesifik lokasi bawang merah untuk lahan sawah tadah hujan. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh tinggi bedengan terhadap hasil tanaman bawang merah agar diperoleh hasil maksimal. Pengkajian dilaksanakan di Desa Seluan, Kecamatan Putusibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat pada bulan Juli –  December 2018. Metode pengkajian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 (empat) perlakuan tingkat ketinggian bedengan yaitu 20 cm, 30 cm, 40 cm, dan 50 cm dengan ulangan sebanyak 3 (tiga) kali. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlakuan tinggi bedengan tidak berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, namun pada parameter jumlah daun tinggi bedengan berpengaruh nyata pada saat tanaman berumur 56 hari setelah tanam (hst). Perlakuan dengan tinggi bedengan 30 dan 40 cm menunjukkan jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan dengan tinggi bedengan 20 cm (berbeda  nyata), namun jumlah anakan tidak berbeda nyata pada perlakuan dengan tinggi bedengan 50 cm. Bobot umbi bawang tertinggi terdapat pada perlakuan tinggi bedengan 40 cm yaitu sebesar 119,08 gr. Tanaman bawang merah yang ditanam pada bedengan dengan ketinggian 20 – 30 cm memiliki tingkat  penyusutan lebih tinggi yaitu sekitar 24% dibandingkan tanaman bawang merah yang ditanam dengan ketinggian 40 – 50 cm. Perlakuan dengan tinggi bedengan 40 cm memberikan hasil paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu sebesar 16,37 ton/ha kering panen dan 12,87 ton/ha kering jemur.Kata kunci: bawang merah, ketinggian bedengan, lahan sawah tadah hujan, pertumbuhan, hasil
Keywords
shallot, bed height, rainfed land, growth, yield,bawang merah, ketinggian bedengan, lahan sawah tadah hujan, pertumbuhan, hasil
Citation