Tanah-tanah Dari Batuan Ultrabasik di Sulawesi: Kandungan Logam Berat dan Arahan Pengelolaan untuk Pertanian

No Thumbnail Available
Date
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
Abstract
Description
Abstrak.  Pemetaan tanah semidetail skala 1:50.000 mengidentifikasi sekurangnya 1.628.485 ha lahan di Sulawesi tanahnya berkembang dari batuan ultrabasik. Permasalahannya adalah tanah-tanah mengandung nikel (Ni) dan kromium (Cr) serta logam berat lainnya dalam konsentrasi tinggi. Kondisi ini dapat meracuni tanaman, yang pada akhirnya membahayakan kesehatan hewan dan manusia. Oleh karena itu sangat penting mengetahui kadar logam berat, terlebih potensi toksiknya terhadap tanaman, dan memberikan arahan pengelolaan untuk pertanian. Sebanyak enam profil terpilih yang berasal dari  Kolaka (Sulawesi Tenggara), Luwu Timur (Sulawesi Selatan) dan Morowali (Sulawesi Tengah) telah dideskripsi, dan 29 contoh tanah yang berasal dari 6 profil (HK-16, UY-16, SL-34, SL-09, RM-07 dan YY-09) telah dianalisis kandungan logam berat, mineralogi (komposisi mineral pasir dan liat), dan sifat kimia tanahnya. Hasil penelitian menunjukkan tanah yang berkembang dari batuan ultrabasik (peridotit dan serpentinit) telah mengalami pelapukan lanjut, ditunjukkan oleh warna tanah merah gelap/maron (hue 2.5YR -10R); mineral pasir didominasi oleh mineral resisten (opak, kuarsa, garnet, enstatit dan khlorit); mineral liat didominasi kaolinit dan goetit ditunjukkan pada puncak difraksi 7.3oA dan 4.15-4.16oA. Kesuburan tanah rendah sampai sangat rendah dicirikan oleh kandungan bahan organik, kadar P2O5 dan K2O potensial dan P-tersedia yang umumnya rendah sampai sangat rendah. Basa-basa dapat ditukar rendah, kecuali Mg2+. KTK-tanah dan KTK-liat rendah (< 16 cmol(+)/kg) sampai sangat rendah (< 5 cmol(+)kg-1). KTK-efektif (∑basa+Al-dd) > 1,5 cmol(+)/kg, kecuali profil YY-09 dan SL-34 mempunyai KTK efektif < 1,5 cmol(+)kg-1 mencirikan sifat acric. Konsentrasi Ni dan Cr sangat tinggi melebihi ambang batas yang ditetapkan (70 ppm untukNi dan 600-1000 ppm untuk Cr), masing-masing 670-1508 ppm dan 1230-1829 ppm.Konsentrasi boron (B) dan mangan (Mn) juga sangat tinggi, terutama pada profil SL-09. pH tanah 3,9-7,0 dan muatan koloid yang umumnya negatif, menyebabkan kelarutan Si lebih tinggi dari Cr, akibatnya kation-kation Ni terikat kuat pada permukaan partikel tanah, sehingga lebih mudah terserap dan dapat meracuni tanaman. Oleh karena itu saran pengelolaan tanah untuk menekan kelarutan Si adalah: 1) pemberian bahan organik, 2) pemberan kapur pertanian dalam bentuk CaCO3), dan 3) penanaman tanaman yang tidak dikonsumsi langsung, misal tanaman kehutanan.Abstract. Semidetail soil mapping on a scale of 1:50,000 identifies at least 1,628,485 ha of soil in Sulawesi developed from ultrabasic rocks. The problem is the soils contain high concentrations of nickel (Ni), chromium (Cr) and other heavy metals, lead to toxic conditions for plants, and finally endangers animal and human health. Therefore it is very important to know the levels of heavy metals, especially their toxic potential for plants, and provide proper management direction for agriculture. Six selected profiles from Kolaka (Southeast Sulawesi), East Luwu (South Sulawesi) and Morowali (Central Sulawesi) have been described, and 29 soil samples from 6 profiles (HK-16, UY-16, SL-34, SL-09, RM-07 and YY-09) have analyzed for the content of heavy metals, mineralogy (mineral composition of sand and clay), and the chemical properties of the soil. The results showed that the soil developed from ultrabasic rocks (peridotite and serpentinite) had undergone further weathering, indicated by dark red/maroon (hue 2.5YR -10R). Sand minerals are dominated by resistant minerals (opaque, quartz, garnet, enstatite and chlorite); clay minerals dominated by kaolinite and goethite are shown in 7.3oA diffraction peaks and 4.15-4.16oA. Low to very low soil fertility is characterized by organic matter content, potential P2O5 and K2O and P-available levels which are generally low to very low. Exchangeable bases are low, except Mg++. Soil-CEC and clay-CEC are low (<16 cmol (+)/kg) to very low (<5 cmol (+) kg-1). Effective CEC (sum of  base + exchangeable-Al)> 1.5 cmol (+)/kg, except the YY-09 and SL-34 profiles characterizing the acric properties which have effective-CEC <1.5 cmol (+)kg-1. Very high Ni and Cr concentrations exceeded the safety threshold (70 ppm for Ni and 600-1000 ppm for Cr), 670-1508 ppm and 1230-1829 ppm respectively. The concentration of boron (B) and manganese (Mn) is also very high , especially on the SL-09 profile. Soil pH is 3.9-7.0 and colloidal charges are generally negative, causing Si solubility to be higher than Cr, as a result Ni cations are strongly bound to the surface of soil particles, making them more easily absorbed and poison plants. Therefore, suggestions for soil management to suppress Si solubility are: 1) giving organic matter, 2) planting agricultural lime in the form of CaCO3), and 3) planting crops that are not consumed directly, e.g. forestry crops.
Keywords
Agriculture; SOil Science, Batuan ultrabasic; logam berat; pengelolaan tanah; Sulawesi; Ultrabasic rock; heavy metal; soil management; Sulawesi, Soil Genesis; Land Management
Citation