KAJIAN LABA DAN TITIK IMPAS USAHATANI PADI HIBRIDA DI SULAWESI TENGGARA

No Thumbnail Available
Date
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Abstract
Description
Income and Break Event Point Analysis of Hybrid Rice Farming at Southeast Sulawesi. Hybrid rice is a proceed technology to increase the domestic paddy productivity. This research was conducted to know the benefits and Break Event Point (BEP) of hybrid rice development in South East Sulawesi Province. It was conducted by using a survey method by involving 120 respondents that have planted the hybrid rice in Konawe, South Konawe and Kolaka Districts. The survey showed that the average of hybrid rice productivity around 4.2 t/ha. However this was still lower than the potential productivity of hybrid rice about 12 t/ha. Financial analysis showed that hybrid rice are feasible with the value of B/C 0.91 and give benefict about Rp.4,029,000/ha/. Break Event Point from production side (BEVP) and BEP from price side (BEVPc) are 2.2 t/ha and Rp.1,048/kg respectively. If hybrid rice productivity only 4.2 t/ha/, changing farming from inbryd rice to hybrid rice will cause losses. Hybrid rice will give benefict higher than inbryd rice if the productivity minimum 4.8 t/ha/. Sensitivity analysis showed that hybrid rice sensitive for increasing an input price. Increasing input price 5%, even still give a benefict, but farmer can not sustain and enjoy to adapt a hibryd rice, because the value of B/C < 1. Even thought output price increase 20%, farmer cannot adopt a hybrid rice if the input price increase more than 15%. Hybrid rice are potential to develop in Southeast Sulawesi, but government sould be prepare some regulation such us technical assistance for farmer, seed subsidies, fertilizer subsidies, land and social suitable mapping, and market insurance. Key words: benefit, break event point, hybrid rice Padi hibrida adalah salah satu terobosan teknologi untuk meningkatkan produktivitas padi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui laba, dan titik impas plus usahatani padi hibrida di Sulawesi Tenggara. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei terhadap 120 orang responden yang telah menanam padi hibrida di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Kolaka. Hasil survei menunjukkan bahwa produktivitas rata-rata padi hibrida adalah 4,2 t/ha. Produktivitas ini masih lebih rendah dari potensi padi hibrida yang bisa mencapai 12 t/ha. Secara finansial padi hibrida layak diusahakan dengan nilai B/C 0,91 dan laba usahatani sebesar Rp. 4.029.000/ha/. Titik Impas Produksi (TIP) dan Titik Impas Harga (TIH) padi hibrida adalah masing-masing sebesar 2,2 t/ha dan Rp.1.048/kg. Dengan produktivitas padi hibrida yang dicapai saat ini yaitu hanya sebesar 4,2 t/ha, maka dengan mengubah padi inbrida menjadi padi hibrida akan mendatangkan kerugian. Pengusahaan padi hibrida hanya akan menguntungkan dan menarik bagi petani jika produktivitas padi hibrida minimal 4,8 t/ha/mt. Pengusahaan padi hibrida sangat sensitif terhadap adanya perubahan harga input. Peningkatan harga input 5% saja, meskipun masih memberikan keuntungan akan tetapi kurang menarik bagi petani karena nilai B/C < 1. Dari sisi harga produksi, meskipun ada kenaikan sebesar 20%, petani kurang berminat untuk mengusahakan padi hibrida jika pada saat yang bersamaan terjadi kenaikan harga lebih sebesar 15%. Untuk mengembangkan padi hibrida di Sulawesi Tenggara, maka pemerintah perlu menyiapkan beberapa kebijakan diantaranya pendampingan teknologi, penyediaan benih dan pupuk bersubsidi, pemetaan kesesuaian lahan dan sosial masyarakat serta jaminan pasar. Dengan regulasi tersebut, maka produktivitas dapat ditingkatkan dan dapat menarik minat petani untuk menanam padi hibrida. Kata kunci : Laba, titik impas, padi hibrida
Keywords
Citation